Memasuki hari kelima tantangan Kampus Fiksi, aku akan mengatakan hal ini: ini adalah paragraf berisi jawabanku yang paling singkat sejauh ini. Jadi, di hari kelima ini ada pertanyaan: siapa yang sangat ingin kutemui dalam waktu dekat ini? Kenapa? Inilah jawabanku: tidak ada. Karena aku sedang tidak mengharapkan siapapun untuk kutemui. Selesai. Terima kasih sudah membaca jawaban atas tantangan ini. :)
.
xoxo
Kamis, 15 Juni 2017
Rabu, 14 Juni 2017
Tentang Angka Nol
Memasuki hari keempat dari tujuh hari tantangan Kampus
Fiksi, aku jadi semakin bingung. Aku bingung mau jawab bagaimana. Aku merasa
jawaban atas pertanyaan di tantangan ini semakin lama semakin sulit. Aku bingung
dan merasa jika si Momon ini kepo sekali. Tapi ya sudahlah, namanya juga
tantangan. Jadi aku coba saja.
.
Kali ini, aku akan membahas tentang peristiwa masa laluku. Tunggu,
aku jadi bingung juga. Karena peristiwa memalukan dan peristiwa yang seharusnya
tidak dilakukan, menurutku adalah dua hal yang berbeda. Dan karena Mba Momon
yang manis memakai tanda penghubung ‘atau’, kuputuskan untuk menceritakan
peristiwa yang seharusnya tidak kulakukan saja.
.
Aslinya, aku punya banyak cerita yang seperti itu, tapi ada
satu yang paling kuingat yaitu kisah tentang angka nol. Jadi begini, dulu aku
masih kelas satu SD, di kelas awal dari pendidikanku ini, aku mulai belajar
angka. Aku suka sekali dengan angka, hingga aku selalu membaca dan menuliskan
angka-angka yang kujumpai. Nah, celakanya, saat itu aku belum terlalu paham
tentang perbedaan yang diberikan oleh sebuah angka nol. Waktu itu, ibuku, yang
juga seorang pedagang, mengikuti arisan di mana tiap hari ada seorang mba-mba
yang akan menarik uang arisan berkeliling pasar dari satu pedagang ke pedagang
lain. Saat itu, buku setoran arisan yang isinya tentu saja adalah angka-angka,
sangat menarik perhatianku. Aku selalu membaca dan memperhatikannya, merasa
sangat wah ketika melihat jajaran angka nol yang ditulis secara bergandengan. Hingga
akhirnya aku ingin mencoba menulis angka nol dengan nol yang digandeng satu
sama lain. Celakanya, aku menulisnya di buku itu. Dan tambah celaka lagi, angka
nol yang seharusnya cuma empat, kutuliskan sebanyak lima kali. Dan tentu saja,
di akhir periode arisan, mba-mba yang sudah tentu punya catatan lain selain di
buku setoran itu protes kepada ibuku mengapa di situ tertera setoran yang
seharusnya tidak ada. Aku, sebagai anak kecil tentu saja merasa ketakutan, aku
khawatir jika mereka menemukanku sebagai pelakunya. Dan, ini hal buruknya. Ketika
mba-mba dan ibu menanyaiku, aku malah menjawab jika aku tak tahu apa-apa. Lalu akhirnya
ibu membelaku dan membayar setoran yang seharusnya beliau setorkan. Setelah kejadian
itu, aku tak berani mengusik buku setoran arisan itu lagi.
.
Hal ini terus kusesali hingga hari ini, mengapa dulu aku
berbohong? Mengapa aku tak berani mengakui perbuatanku? Ibuku, mungkin tahu
jika aku berbohong padanya, tapi dia tetap membelaku. Kira-kira seminggu setelahnya
beliau mengatakan, jika aku berbuat kesalahan, aku tak perlu takut untuk
mengakuinya. Lalu aku memeluknya dan menangis, kubilang maaf berkali-kali tanpa
kusebutkan maaf untuk apa. Namun beliau tetap tersenyum dan balas memelukku. Dari
situ, aku jadi menyadari bahwa ibu sangat menyayangiku. Hal lain yang juga
kusadari adalah, jangan main-main dengan angka.
.
.
Selasa, 13 Juni 2017
Curhat Colongan
Tentang kehilangan, sebetulnya aku sudah sangat terbiasa
dengan kata itu. Kata yang memisahkanku untuk selamanya dengan hal yang aku
suka. Mungkin, ada beberapa kehilangan yang akhirnya kembali, dan betapa
beruntungya aku yang tak pernah merasakan itu. Eh, kalau kehilangan lalu dia
kembali, itu namanya ketlisut kali
ya?
.
Jadi begini, dulu ketika TK B, aku ini sungguh gadis kecil
pendiam yang sering kali diusili oleh musuh-musuhku (dari dulu aku selalu
menganggap yang mengusili adalah musuh, bukan kawan). Dan sekarang aku jadi
berpikir betapa kasihannya diriku karena di usia sekecil itu aku berpikir
mempunyai musuh. Kawan-kawan kecilku ini, mereka suka mengambil jajan yang
kubawa untuk bekal ke TK. Dan mereka benar-benar mengambilnya, tanpa meminta. Dan
aku kecil selalu menangis, alhasil ibuku selalu membawakanku jajan yang lebih
banyak keesokan harinya. Namun tetap saja, kawan-kawan kecilku itu selalu
mengambilnya dariku. Di situlah aku belajar, jika aku kehilangan maka aku akan
mendapatkan yang lebih besar, meskipun kemungkinan ganti itu akan hilang lagi. Lambat
laun aku mulai memahami jika aku tak ingin kehilangan lagi, aku harus berjuang
untuk tidak kehilangan lagi.
.
Baru-baru ini, aku kehilangan rasa percayaku terhadap
manajemen tempatku bekerja. Dulu, awal-awal ketika aku akan menandatangani
kontrak, pihak manajemen mengatakan padaku kurang lebih seperti ini: di sini,
kami tidak seberapa peduli dengan pencapaianmu, kami jauh lebih peduli tentang attitude-mu. Sontak saja aku mempunyai ekspektasi
yang luar biasa di tempat kerja baruku. Karena sebelumnya, aku pernah
diperlakukan tidak adil di kantor sebelumnya. Namun seiring negara api
menyerang, ternyata kalimat manis itu tidak berlaku. Ada sejawatku yang
melakukan kecurangan dan aku melaporkannya. Dan hasilnya? Kontrakku dinyatakan
sudah habis, dan mereka malah melanjutkan kontrak rekanku itu. Ketika itu
terjadi, aku benar-benar tidak habis pikir. Apa yang selama ini kukerjakan? Apa
yang selama ini kuperjuangkan? Jika keputusan akhirnya malah demikian. Aku jadi mempertanyakan diriku, mempertanyakan keputusan-keputusanku. Dan parahnya, aku menyesali keloyalanku selama ini. Sampai aku menulis ini, aku masih belum mendapatkan kembali rasa percayaku itu.
.
Di sini akhirnya aku belajar, kehilangan tidak bisa kau
hindari jika hanya melalui perjuangan yang biasa. Kau harus melakukan
perjuangan yang ekstra dan tentu saja, memerlukan taktik yang tepat.
.
.
.
Senin, 12 Juni 2017
Binatang yang Kuingini Dalam Hidupku
Sejujurnya, aku ini bukanlah penyayang binatang. Akan tetapi,
ada beberapa binatang yang sangat kukagumi, dan ingin kuperhatikan dalam
keseharianku melebihi hal-hal lain di dunia ini. Intinya, binatang-binatang
yang ingin kupelihara dan kuajak bermain sambil belajar (tiba-tiba aku teringat
slogan majalah Bobo, yang merupakan favoritku ketika aku masih kecil). Mereka,
adalah favoritku di antara binatang-binatang yang ada di muka bumi ini.
.
.
Singa adalah adalah favoritku yang pertama. Sejak melihat
Simba di animasi The Lion King, aku selalu merasa bahwa singa adalah hewan yang
menarik, yang mengajarkan tentang keberanian dan kesongongan. Kebanyakan, orang
menganggap singa lucu karena hampir identik dengan kucing. Bagiku justru
sebaliknya, aku ini takut pada kucing. Saking takutnya, pernah ada seekor
kucing yang masuk kamarku di suatu malam dan dengan pede tingkat tinggi, dia
tidur di samping bantalku. Tentu aku langsung girap-girap dan hasilnya aku tak bisa tidur semalaman karena
membayangkan kucing itu akan kembali meniduriku. Namun lain halnya dengan
singa, meskipun ia memiliki kesamaan dengan kucing, tapi dia lebih besar, lebih
kuat, dan gagah. Bisa dikatakan, jika singa adalah binatang yang aku inginkan
karena kesempurnaannya.
.
.
Yang kedua, aku ingin memelihara elang. Aku selalu berpikir
jika mengirim pesan menggunakan elang adalah hal keren. Aku menyukai hal-hal
kuno seperti yang satu ini. Aku mengagumi elang juga karena pandangan tajamnya,
yang menurutku itu adalah hal yang aku tak bisa untuk memilikinya.
Sejak menonton film Ant-man,
aku jadi ingin memelihara semut. Mereka pasukan yang baik dan bisa digunakan
sewaktu-waktu karena ada di mana saja di seluruh dunia. Tapi rasa-rasanya, aku
tidak bisa jadi Ant-woman, karena aku
lebih senang jadi Iron-woman.
.
.
Ketika Indosiar menayangkan drama kolosal di mana
orang-orang bisa mengendarai gajah untuk pergi ke mana saja, aku ingat jika aku
selalu mencemooh drama itu. Menurutku, apa kerennya mengendarai gajah? Akan lebih
keren jika kau bisa mengendarai serigala. Dan aku sangat ingin melakukannya. Serigala
akan terlihat lebih garang dan menyeramkan, terutama ketika kau akan menghadapi
lawan sekelas mantannya gebetan. Pasti akan keren jika aku bisa mengajaknya
jalan-jalan. Serigalanya maksudku, bukan gebetan.
.
.
Aku punya seorang karib bersama Hannum, yang selalu
kupanggil Pret (aku memanggilnya demikian bukan karena aku ingin memujinya
dengan kata pretty, tapi karena
memanggil demikian selalu menimbulkan kepuasan tersendiri bagiku). Si Hannum
ini, sungguh polos orangnya, saking polosnya sampai dia selalu berhasil
dikibuli orang. Pertama bertemu dengannya adalah ketika aku kuliah di Surabaya,
dan sejujurnya aku nge-fans sama dia
(semoga dia tidak baca ini). Aku selalu melihat dia sebagai seorang yang enak
untuk digelindingkan, diuyel-uyel, dan diciumi (aku pernah mencium pipinya ketika
aku sangat gemas padanya lalu dia mencuci pipinya berkali-kali setelah itu). Intinya,
dengannya aku bagai bertepuk sebelah tangan, aku ingin memiliki, tapi aku tidak
doyan dengan cewek. Lalu aku menemukan dirinya pada binatang ini: panda. Sejak saat
itu, aku jatuh cinta. Tak apa tak memiliki Hannum, asal aku bisa memelihara
panda.
Minggu, 11 Juni 2017
Sebuah Paragraf Untukmu Agar Kau Sedikit Mengenalku
Sepuluh kalimat dalam sebuah paragraf tentang perkenalan, kupikir itu akan cukup sebagai salah satu upayaku agar kau mengenalku namun tak terlalu mengenalku.
Tak terlalu banyak tentang diriku yang bisa kuceritakan padamu.
Tapi akan kuberikan gambaran kasarnya. Begini kira-kira: teman-teman
terdekatku selalu memanggilku 'Pret', yang selalu kuyakini bahwa itu
adalah kependekan dari kata pretty (meskipun aku yakin maksud
teman-temanku bukanlah demikian). Ada pula beberapa orang yang ketika
tahu namaku, memanggilku 'Mas', di mana setiap kali aku diberi julukan
tersebut aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa kelaminku masih
belum berganti. Ada beberapa pula, dan ini merupakan favoritku,
memanggilku dengan sebutan 'kamu'. Kupikir sebutan ini adalah sebuah
bentuk dimana orang lain ingin menjaga jarak denganmu, namun di saat
yang bersamaan dia juga membutuhkanmu. Hal kedua yang ingin kusampaikan pada perkenalan ini
adalah: aku ini mudah tertipu, terutama oleh sales. Jadi, jika kau nantinya mengenalku dan kemudian ternyata aku agak tertarik padamu, bolehlah kau beri peringatan kepadaku bahwa dirimu adalah seorang sales.Supaya
aku tak terlalu menganggapmu tertarik padaku karena pribadiku, tapi
karena kau ingin aku membeli produkmu.
Langganan:
Postingan (Atom)